Nekat berbekal satu CD hadiah dari Mbak Tinta, mengumpulkan energy
untuk sekedar mereview satu pertunjukan apik dari Silampukau, menjadi perkara
yang tidak begitu susah. Terlanjur hakul yakin bahwa acara malam ini saya harus
menyelesaikannya lewat tulisan. Mengingat, beberapa konser apik yang pernah
saya datangi, telah lewat tanpa meninggalkan tulisan, akibat kehabisan energy
di jalan, dan susah untuk mengingat di hari berikutnya. Haha. Alasan kurang greget
kemudian jadi pembenaran.
Silampukau, Duo Folk yang beberapa tahun belakang, sempat saya
download Ep nya, berdasar atas rekomendasi dari Mas Nuran, di blog pribadinya,
menjadi suatu perkenalan apik yang saya jalin diam diam. Saya simpan rapat di
salah satu perpustakaan music di komputer saya. Yang kadang saya sisipkan putar
di sela rutinitas harian saya. Waktu bergulir, 5 lagu, medium rotasi di player
saya. Sempat juga menilik youtube, atas pertunjukan mereka. “Apik, suatu saat
harus melihat mereka beraksi”, batinku.
Hari baik datang. Tawarannya lalu keluar sebulan yang lalu,
setelah karib saya dihubungi oleh Mbak Tinta menjabat sebagai Manager Band
silampukau, pesannya sederhana, “ Bandku, Silampukau, mau Tur Jawa Tengah nih.”
Pertanyaannya kemudian, apakah bisa main di Magelang? Secara mantap, pertanyaan
itu lalu ditangguhkan ke dalam sebuah inisiatif jamaah, Project in Collective
Studio (PICS). Singkat cerita, dipilih back
yard PICS sebagai venue. Serampangan memang, mengingat hidup di kampung,
banyak tata – ewuh pekewuh – yang dijaga, tentang kebisingan, dan keramaian. Waktu
sudah tinggal beberapa hari ketika itu, acara diwartakan lewat poster maya,
mewartakan bahwa Dosa, Kota dan Kenangan akan digeber dihari Jumat, 6 November 2015, dari pukul 15.00 – 18.00
Terbilang cukup sore untuk seukuran acara, alasannya dengan banyak pertimbangan,
antara tetangga, dan cuaca yang sedang menginjak musim penghujan.
Perjalanan mereka dari Purwokerto - list tour kota mereka dimalam
sebelumnya - mempunyai sedikit kendala dalam perjalanan. Ya, tersesat. Butuh
waktu hampir 6 jam untuk masuk ke Magelang. Sedikit pertimbangan, dan banyak
nekat, akhirnya konser akan diundur pukul 19.00. Penonton yang datang, beberapa
ada yang dari Jogja, dan Semarang, tetap hikmat menunggu sampai mereka datang.
Militan memang, fanbase Silampukau garis keras. Jam menunjukan pukul 6 ketika
Mbak tinta memberi pesan, bahwa mereka telah tiba di Magelang. Rombongan
berempat, mulai merapat ke venue, bersiap, ngopi, dan tepat setelah Adzan Isya
beres, Silampukau mulai merapat ke “panggung”. Sebenar benarnya, itu adalah
kali pertama saya, untuk menyaksikan silampukau live. Spot yang baik, lalu saya
pilih untuk menyiasati sudut pandang, dan mencari suara yang apik. Perbincangan
lalu dimulai, setlist pertama, menunjuk Lagu Rantau dibawakan. Secara urut dan
apik, balada ini menguasai atmosfer secara kurang lebih 1 jam, cukup menjadi
katarsis atas nama agenda harian, maupun kegiatan menunggu yang lumayan lama
perihal keterlambatan.
Pertunjukan seperti ini memang masih bisa dibilang sesuatu yang
baru, pun masih nihil atensi dari pemuda pemudi kota. Dan mungkin bisa
dikatakan kali pertama pertunjukan folk di Magelang, ajaibnya sekarang
sekaligus penampilan salah satu unit folk yang gaungnya mulai tersebar di
penjuru Indonesia lewat debut album perdananya. Atas spekulasi tersebut, toh
hasilnya lumayan mencengangkan. Walaupun hanya “gemrengeng”, penonton mulai
komat kamit, mengikuti alunan music, dan mencoba menghafal refrain demi refrain
dari Silampukau. Image yang dibawa, dibentuk dan ditawarkan sepaket atas
suasana Surabaya. Kejelian pemilihan kata, untuk merepresentasi Surabaya baik
dari infrastruktur hingga rasa, terlihat dari balada riang namun sendu “Si
Pelanggan”, hingga nelangsanya percintaan jarak jauh lewat Puan Kelana, berhasil
ditularkan dengan apik, dengan kekuatan Kharis dan Eki sebagai pencerita, yang
terkadang memberi prelude sederhana muncul dijeda lagu. Hikmad memang. Hemat
saya, mereka tak banyak perbincangan dengan penonton, apa adanya, dan alhasil
tandas 12 set lagu habis, dengan 2 set dari list Ep, setelah “tawar menawar”
untuk memperpanjang list konser. Lagu Hey! Dan Sampai Jumpa nyelisip di
akhir-akhir pertunjukan mereka.
Konser usai. Dosa, Kota dan Kenangan masih akan di”asongkan” di beberapa
kota lagi dihari berikutnya. Ditutup dengan foto bersama demi menjawab
kesahihan acara, sebelum audience
meninggalkan venue. Sesi “legalisir”
rilisan fisik, yang dijual bersanding
dengan merchandise dari Silampukau nampak
lumayan ramai terjual. Yang kemudian diantrikan untuk diberi tanda tangan oleh
Kharis dan Eki. Acara pungkas, kami pun meluncur untuk makan malam.
Well, jika boleh mengutip salah satu tembang
mereka, - Sampai Jumpa- “Saat bertemu di lain waktu, Sampaikan salam, lambaikan
tangan, Sampai bertemu dilain waktu, senyum yang baru kita ciptakan”. Salim,
Matursuwun!
Arief Yulindra Priyantoro
Magelang, 7 November 2015


No comments:
Post a Comment